Hay guys, hari ini saya sedang membaca sebuah buku bersampul ungu dengan judul "Wawancara Dengan J.K Rowling si Pencipta Harry Potter" oleh Lindsey Fraser.
Buku yang aku pegang adalah terbitan Gramedia dengan tahun terbit 2004. Ini menunjukan bahwa buku ini adalah buku lama. Tetapi guys, buat kalian yang emang ngefans banget sama Harry Potter dan penasaran kira-kira apa isi wawancaranya, saya dengan senang hati akan menuliskanya untuk kalian semua.
J.K Rowling
J.K Rowling alias Joanne Kathleen Rowling adalah penulis buku serial yang sangat populer dan fenomenal, yang bercerita tentang penyihir cilik bernama Harry Potter. Sukses yang dicapai bukunya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1997, yaitu Harry potter and The Philosopher's Stone, melontarkan dirinya ke puncak ketenaran. Kesuksesan ini berlanjut dengan buku kedua yang diluncurkan pada tahun 1998, yakni Harry Potter andThe Chamber of Secrets.
Buku-bukunya sudah meraih banyak penghargaan dari seluruh dunia. Sejauh ini serial Harry Potter telah diterjemahkan ke dalam 61 bahasa, terjual sebanyak 250 juta eksemplar (saat 2004, karena buku ini di tulis tahun 2004) di 200 negara.
ISI WAWANCARA DENGAN J.K ROWLING
oleh Lindsey Fraser
KELUARGA dan MASA KECILKU
Q: Kau anak keberapa dalam keluarga?
Aku sulung dari dua bersaudara, adikku bernama Diana alias Di. Kenangan paling awal dalam masa kecilku adalah tentang kelahiran adikku, yang usianya tak sampai dua tahun lebih muda dariku.
Hari itu Dad memberiku lilin mainan supaya aku menyibukkan diri sementara ia berlari keluar-masuk kamar tidur. Aku tak ingat apakah aku sempat melihat bayi yang baru lahir itu, yang kuingat hanyalah aku memakan lilin maainannya.
Q: Apakah buku dianggap penting dalam keluargamu?
Kenangan lain masa kecilku adalah ketika aku kena penyakit campak- umurku waktu itu sekitar empat tahun- dan dan membacakan The Wind in the willows. Aku tak ingat akan sakitku, aku cuma berbaring mendengarkan kisah-kisah itu. Kedua orangtuaku gemar membaca. Ibuku bisa dibilang kutu buku kelas berat, yang paling membuatnya bahagia adalah ketika ia meringkuk sambil membaca. Kebiasaannya sangat mempengaruhiku. Ibuku berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai guru dan kurasa ayahku juga mengikuti kebiasaanya.
Q: Bagaimana dengan Kakek Nenekmu?
Kakekku masing-masing bernama Ernie dan Stanley. Aku memakai nama-nama mereka untuk menamai pengemudi dan kondektur Bus Ksatria yang menyelamatkan Harry di buku ketiga: Harry Potter and the Psioner of Azkaban. Keduanya sangat baik. Kakek Ernie memiliki toko dan kalau kami menginap di rumahnya yang terletak di atas toko, ia mengizinkan kami bermain setelah tokonya tutup. Kami bermain toko-tokoan dengan menggunakan kaleng, bungkusan-bungkusan, dan uang sungguhan, asal kami mengembalikan semuanya ke tempat semula.
Kakek Stanley suka menghayal, sehingga kadang-kadang ia sulit membedakan mana yang kenyataan dan mana yang cuma rekaan. Ia banyak menghabiskan waktu di pondok kecil di kebun, membuat berbagai macam barang.
Salah satu nenekku bernama Kathleen, yang juga merupakan nama tengahku. Aku memuja nenek kathleen, dan kenanganku yang paling menyedihkan adalah ketika ia meninggal. Nenekku yang satu lagi suka sekali anjing, ia bahkan lebih suka anjing dari pada manusia. Terus terang ia agak mirip Bibi Marge - itu loh, tokoh yang disihir Harry menjadi balon raksasa dalam Harry Potter and The Psioner of Azkaban.
Q: Apa kau memelihara hewan?
Katika aku masih sangat kecil, keluargaku punya anjing bernama Thumper, sama seperti nama kelinci dalam film Bambi yang diproduksi oleh Disney. Aku sangat sedih ketika ia harus disuntik mati. Kami lalu punya dua ekor marmut, tapi mereka dimakan serigala. Aku ingat melihat sisa-sisa pembantaian itu di kebun belakang, bukan pemandangan yang menyenangkan... lalu kami punya anjing lagi, kami memanggilnya Misty. Ia mendampingi sampai aku kuliah di Universitas. Saat remaja aku memelihara ikan air tawar. Itu hobi yang mengasyikan dan sampai sekarang aku masih menyukai ikan-ikan itu.
Q: Di mana kau lahir?
Aku lahir di Chipping Sodbury di dekat Bristol, Inggris, tanggal 31 Juli 1965. Aku sangat bangga pada kota itu! Kurasa aku ditakdirkan untuk menyukai tempat-tempat yang punya nama aneh. sampai aku berusia sembilan tahun, kami tinggal di, dan di sekitar, Bristol, kemudian kami pindah ke Tutshill, desa kecil di dekat Chepstow, wales Selatan. Pemandangan utama kota itu adalah sebuah kastil yang berdiri di atas karang terjal, yang mungkin punya banyak arti bagi diriku.
Q: Mengapa kau pindah ke pedesaan?
Menurutku tinggal di pedesaan merupakan impian kedua orangtuaku, Peter dan Ann. Mereka sendiri menghabiskan masa kanan-kanak di London. Mereka bertemu di kereta api yang menuju Skotlandia, yang berangkat dari Stasiun King Cross di London. Pada saat itu, Dad bekerja di angkatan laut dan Mum seorang Wren atau anggota WRNS - Women's Royal Naval Service, yaitu kesatuan wanita angkatan laut kerajaan Inggris. Mereka berdua tengah dalam perjalanan menuju penempatan di Abroath, di sebelah utara Dundee. Keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama; mereka menikah pada usia 19 tahun dan setahun berikutnya aku pun lahir. Orangtuaku memimpikan tinggal di pondok pedesaan, dan ayahku bisa bolak-balik dengan mudah dari Chepstow ke tempat kerjanya di pabrik Rolls Royce.
Q: Seperti apa tempat tinggalmu?
Rumah kami adalah sebiah pondok yang berdiri di sebelah gereja. Dulunya itu bangunan sekolah di desa. Semua teman kami bilang pasti menyeramkan tinggal di sbelah pemakaman, tapi kami menyukainya. Aku masih tetap menyukai pemakaman, tempat itu merupakan sumber nama-nama yang bagus. Kami tinggal di dekat Offa's Dyke di tepi Sungai Wye, tempatnya mempesona. Kami biasa menjelajah di antara batu-batu besar yang digerus arus air. Setelah kami bertambah besar, tentu saja tempat itu jadi membosankan. Sebagai remaja, kami tak menemukan banyak hal yang menarik di sana.
Q: Apa lagi yag kau kenang dari masa-masa itu?
Salah satu kenangan paling membahagiakan adalah saat kami sekeluarga berlibur di Norfolk. Aku sangat akrab dengan adiku sekarang, tapi dulu kami sering berkelahi seperti kucing dan anjing. Entah kenapa kami begitu rukun selama liburn, dan aku ingat malam-malam kami tertawa-tawa, saling bercerita, dan bercanda. Kurasa orangtuaku kaget sekaligus merasa lega.