Masa Sekolah J.K Rowling (Bagian 2)

Hay guys,  ini adalah isi wawancara lanjutan dari sebuah buku bersampul ungu dengan judul "Wawancara Dengan J.K Rowling si Pencipta Harry Potter" oleh Lindsey Fraser yang tempo hari gw baca. Pada bagian pertama sudah gw tulis dengan judul Wawancara Dengan J.K Rowling: Keluarga dan Masa Kecilku (Bagian 1). Silahkan dibaca juga ya guys.

J. K Rowling sang pencipta buku Harry Potter
Ya sudah, yuk kita lanjut..

Q: Apa saja yang kau ingat dari hari-hari sekolahmu?

Sekolah pertama ku terletak di pinggiran Bristol dan aku amat menyukainya. Meskipun demikian, aku ingat pada hari pertama ketika Ibu datang menjemputku untuk makan siang, ku sangka sekolahku sudah selesai sampai di situ - ya, cuma sehari saja - dan aku tak perlu kembali lagi besok.

Sekolah desa di Tutshill mirip sekolah-sekolah kuno yang ada di buku-buku karya Charles Dickens - sangat bertolak belakang dengan sekolah terbukaku yang dulu. Tempat duduk kami diatur sesuai tingkat kecerdasan kami di mata guru, dan setelah sepuluh menit Ibu guru langsung menempatkan diriku di barisan murid-murid bodoh.

Ada sejumlah orang yang mempengaruhi karakter Profesor Snape dalam bukuku, dan ibu guru itu sudah tentu salah satunya. Menurutku pengaruhnya itu amat mengerikn. Kami biasa mengadakan tes aritmetika The Daily Ten - mencongak - dan pada hari pertama aku mendapat nilai 0,5 dari yang seharusnya sepuluh. Yah, aku kan belum pernah mengerjakan soal pecahan! Kurasa lambat laun aku semakin menyukai guruku itu, tapi aku ingat aku harus bekerja keras untuk mencapainya. Termasuk mengerjakan soal-soal pecahan itu.

Q: SEPERTI APA MASA SMP-MU?

Aku lumayan suka hari-hari ku di SMP, tapi khususnya aku mendapat pengaruh besar dari guru bahasa Inggrisku, Miss Shepherd. Orangnya keras, dan bisa sangat ketus, tapi ia amat teliti. Aku sangat menghargainya sebab ia guru yang bersemangat mengajar kami. Dengan mengenalnya, aku jadi tahu bahwa ada wanita yang punya karakter berbeda. Ia seorang feminis yang cerdas. Ia punya pendekatan logis yang bagus.

Aku ingat suatu hari aku asyik mencoret-coret sementara ia menerangkan pelajaran, dan ia mengatakan aku telah bersikap kasar. Aku berkilah, "Tapi aku mendengarkan penjelasan anda," dan ia mengatakan ia tidak mengubah apa-apa, sikapku tetap saja kasar. Hal itu sungguh-sungguh melekat dibenakku. Ia tak pernah hanya bilang,"Jangan begitu". Cara mengajarnya memberi kesan yang dalam. Aku pun jadi menyukai bahasa Inggris.

Miss Shepperd sangat ketat dalam tata bahasa dan tidak membolehkan kami ceroboh sedikitpun. Walaupun aku banyak membaca, tapi bagus sekali diberitahu apa persisnya yang membuat tulisan memiliki struktur dan kecepatan. Aku banyak belajar darinya dan hingga kini kami masih berhubungan. Ia satu-satunya guruku tempatku mengadu. Ia membangkitkan kepercayaan.

Ketika Harry Potter and The Philosopher's Stone terbit, ia mengirimiku sepucuk surat melalui Bloomsbury, penerbit yang menerbitkan bukuku.  Bagiku komentar-komentarnya lebih berarti dibanding semua ulasan surat kabar, sebab aku tahu semua ucapanya itu sungguh-sungguh, kalau tidak, ia tak akan menuliskan apa pun. Orangnya penuh integritas. Dan ia menyukai karyaku.

Sewaktu aku duduk di tahun kedua SMU, ada hal penting yang terjadi. Seorang anak laki-laki bernama Sean Harris masuk sekolah kami, sebelumnya ia bersekolah di Cyprus - Ayahnya bertugas di angkatan darat. Ia menjadi sahabat karibku - Harry Potter and The Chamber of Secrets di dedikasikan untuknya.

Sean punya Frod Anglia berwarna biru kehijauan yang berarti kebebasan bagiku. Bila kau tinggal di desa, kemampuan mengemudi amatlah penting. Jadi bisa kupahami, aku tak bisa menulis bahwa yang menyelamatkan Harry dan Ron Weasley dan mengantar mereka ke Hogwarts hanyalah mobil tua sembarangan - mobil itu harus Food Anglia berwarna biru kehijauan. Ron Weasley bukan gambaran hidup sosok Sean, tapi ia memang sangat mirip Sean.

Sering kali pada saat aku membaca ulang apa yang telah kutulis, barulah aku sadar dari mana datangnya cuplikan-cuplikan tertentu dalam ceritaku. Harry di selamatkan oleh mobil itu sebagaimana mobil itu menyelamatkanku dari kebosanan yang kurasakan. Itu salah satu dari sedikit hal yang terpikir olehku, yang berkaitan langsung dengan kehidupan nyata. 

Mobil itu, serta adegan ketika Harry memandang cermin Tarsah dan melihat keluarganya melambai padanya. Itu gambar yang amat penting yang kuambil dari hidupku sendiri, Yakni saat ibuku meninggal pada tahun 1990.

Q: APA KAU MENYUKAI SEMUA GURUMU?

Tidak, tidak semuanya. Guru yang paling tidak kusukai adalah yang suka menggertak. Aku bertemu cukup banyak guru, baik ketika aku masih mengajar maupun saat aku mengunjungi sekolah-sekolah, dan yang tukang gertak memang menonjol. Dari sudut pandang guru, aku mengerti bahwa gampang sekali menjadi penggertak, tapi itu juga yang paling buruk, paling menyedihkan. Kita kembali pada tokoh Snape di sini.

Related Posts:

0 Response to "Masa Sekolah J.K Rowling (Bagian 2)"

Post a Comment