Perlawanan rakyat di Maluku menandai perlawanan pertama rakyat Indonesia setelah pemerintah Kolonial Belanda berkuasa lagi secara penuh di Indonesia (masa kekuasaan kedua Belanda). Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 ini mendapat tantangan keras dari rakyat Maluku. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang buruk selama dua abad di bawah VOC.
Di bawah pimpinan Thomas Matulessy alias Pattimura, rakyat Maluku mengangkat senjata. Pertama-tama membakar perahu-perahu pos yang ada di pelabuhan, pasukan pattimura kemudian mengepung dan menduduki Benteng Duurstede dan Benteng Deverdijk, yang menewaskan pimpinannya Van Den Berg.
Setelah Belanda mendatangkan bantuan dari Batavia, Pattimura melanjutkan perlawanan dengan cara gerilya. Dengan tipu muslihat, Belanda kemudian berhasil merebut kembali Benteng Deverdijk, serta berhasil menangkap dan menghukum mati pejuang lainnya yang bernama Kapitan Paulus Tiahahu.
Putrinya Christina Martha Tiahahu turut masuk ke dalam hutan melawan Belanda. Pada November 1817, pasukan pattimura semakin terdesak. Ia pun berhasil ditangkap oleh Belanda, dan sebulan kemudian dijatuhi hukuman gantung di tengah alun-alun kota Ambon.
0 Response to "Perlawanan Pattimura di Maluku"
Post a Comment